Rabu, 23 April 2008

Tugas Perkembangan 1

Landasan Sosial Budaya dan Landasan IPTEK dalam Bimbingan Karier
A. Landasan Sosial
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
B. Landasan IPTEK
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.

Selasa, 22 April 2008

Tugas Perkembangan 2 (tugas 2)

Teori Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dlam belajar perlu diperhatikan atau mengacu kepada beberapa teori belajar yang ada, diantaranya teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitif, teori belajar Gestalt, dan teori belajar konstruksivime. Berikut akan dijelaskan mengenai teori-teori belajar tersebut.
A. Teori Belajar Behaviorisme
Teori behaviorisme ditandai dengan kurikulum yang terinci dengan isi pengetahuan yang diindikasikan dengan tingkah laku tertentu, lalu dinilai dan dievaluasi. Proses belajar ditandai dengan reinforcement untuk memotivasi dan merangsang siswa agar terjadi perubahan tingkah laku.Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori Behaviorisme:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu


B. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur(tersusun). Suatu keseluruhan bukanlah penjumlahan dari unsur-unsur, melainkan unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur tertentu dan saling berintegrasi satu sama lain.
C. Teori Belajar Kognitif
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.

Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Ciri-ciri teori belajar kognitif, yaitu: mementingkan apa yang ada pada diri sipelajar, mementingkan keseluruhan, mementingkan peranan fungsi kognitif, mementingkan keseimbangan dalam diri sipelajar, mementingkan kondisi yang ada pada waktu sekarang, mementingkan pembentukan struktur kognitif dari dalam pemecahan masalah, ciri khasnya "insight.
D. Teori Belajar Konstruksivisme
Konstruktivisme pada dasarnya merupakan sebuah teori tentang bagaimana orangbelajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makhluk yang aktif dalammengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Di dalam konteks pembelajaran, siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangunpemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnyanya dengan mengalamisendiri dan merefleksikan pengalaman tersebut.Dalam Konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator dalam prosespembelajaran. Ia sebaiknya mengetahui tingkat kesiapan anak untuk menerimapelajaran, termasuk memilih metode dan teknik yang tepat dan sesuai dengan tahapperkembangan anak. Dalam kaitannya dengan pembelajaran mata pelajaran tertentu,guru seharusnya mengetahui hakikat mata pelajaran itu sendiri, hakikat anak, dancara mengajarkan mata pelajaran tersebut menurut teori yang diterapkan. Guruyang tidak mengetahui ketiga hal tersebut di atas bagaikan tidak mempunyai dasardan tujuan yang jelas dalam mengajar.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Daftar Pertanyaan untuk klien/siswa
1. Mengapa anda ingin belajar?
2. Pelajaran apa yang paling anda suka?
3. Suasana belajar bagaimana yang anda inginkan? ramai, sepi, atau biasa saja?
4. Bagaimana cara anda belajar?

Selasa, 01 April 2008

Permasalahan yang Terjadi Pada SMP Kelas VIII

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja salah satunya yaitu Sekolah Menengah Pertama. Masa remaja merupakan masa yang banyakmenarik perhatian, karena sifat-sifat khasnya dan karena peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. hakekat masa remaja terutama adalah:
- Menemukan diri.
- Meneliti sikap hidup yang lama.
- Mencoba-coba yang baru untuk jadi pribadi yang dewasa.
Pada masa remaja akan terjadi perubahan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, dan akan mulai timbul masalah yang harus dihadapi. Permasalahan apa yang umumnya muncul dikalangan remaja Sekolah Menengah Pertama kelas VIII?
Sub Tugas Perkembangan: Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
Bidang Bimbingan : Bimbingan Karir
Rumusan Kompetensi:
1.Memahami bahwa kondisi fisik dan psikis mempengaruhi pengembangan persiapan karir.
2.Mampu mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir.
Materi pengembangan kompetensi:
Contoh-contoh pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap pengembangan karir.
1. Cara-cara mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir.
2. Praktik cara-cara mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir.
Permasalahan-permasalahan yang umum terjadi pada siswa SMP kelas VIII dalam pembinaan bimbingan karir yang dihadapi oleh seorang konselor di sekolah:
Siswa SMP kelas VIII adalah siswa yang sudah dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan barunya yaitu lingkungan sekolah menengah baik dengan keadaan sekolahnya maupun dengan warga sekolah lainnya dalam hal ini adalah teman, guru, dan staf-staf yang ada disekolah itu. Permasalahan yang sering muncul adalah permasalahan dari segi sikap pada anak tersebut terkadang menimbulkan masalah kenakalan, mulai berani membuat kegaduhan, bersenang-senang, mudah terpengaruh oleh hal-hal keduniawian seperti perubahan penampilan dan gaya hidup, tidak mementingkan karir yang sedang dijalani khususnya karir sebagai pelajar kelas VIII